Selasa, 07 Juli 2015

Mereka Yang Sukses dalam Ramadhan



Mereka yang sukses dalam Ramdhan by. Mulyadi
                Ketika Ramadhan akan tiba, Rasulullah SAW dan para sahabat menyambutnya dengan sangat gembira laksana tamu istimewa. Dalam kontek kita saat ini, bagaimana perasaan kita jika ada seorang tamu yang anda cintai bermaksud akan mengunjungi dan tinggal besama anda selama beberapa hari ? Tak diragukan lagi betapa bahagianya kita mendengar kabar ini dan sedapat mungkin anda akan mempersiapkan rumah kita, membersihkannya dan menyiapkan acara dan makanan-minuman yang menarik.
                Nah, bagaimana jika tamu itu bukan saja kita cintai, akan tetapi juga dicintai dan dimuliakan Allah dan rasul-Nya serta seluruh umat muslim. Sudahkah terbayang oleh kita siapa tamu yang luar biasa ini, selama sebulan penuh, siang dan malam, membawa kebaikan dan keberkahan. Dialah bulan Ramadhan : bulan mulia, bulan dimana al-Quran diturunkan, bulan shiyam, bulan qiyamullail, bulan berhias tahajud, bulan segala do’a dan taubat dikabulkan, bulan penuh kesabaran, bulan pengendalian diri, bulan dimana pahala dan ampunan Allah diobral semurah mungkin, bulan dimana pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya, bulan dimana para syaitan dibelenggu, bulan dimana amal kebaikan dilipatgandakan, bulan dimana didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (lailatul qadr), bulan dimana dengan berpuasa badan kita tambah sehat, bulan penuh kegembiraan serta bulan diberinya rezki berlimpah dan penuh ketaqwaan.
                Berdasarkan Al-Qur’an dan Al Hadits, para ulama berbeda hitungan dalam menghitung jumlah “Rahasia Keberkahan Puasa Ramadhan”. Di antaranya ada yang berpendapat sepuluh, lima belas macam. Dan menurut DR Yusuf Qardlowi ada 5 (lima) macam secara garis besar. Oleh karena itu, Pendidikan akan keberkahan Ramadhan ini, menjadi tujuan dari di syariatkan puasa Ramadhan.
JSJ rh. Dalam Surat Al-Baqorah : 183, Allah berfirman :
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ  
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
                Dalam ayat tersebut, kata “takwa”, menggunakan fi’il mudhari’, yang berarti ketakwaan itu harus hadir di setiap saat (makna Hal)  bahkan akan datang (istiqbal). Para ulama memberikan ciri, bahwa mereka yang sukses dlm Ramdahan adalah bila indikator ketakwaan tersebut muncul dan tercermin dalam sikap mereka setelah Ramadhan. Apakah bertahan atau meningkat, atau sebaliknya?.
                Rahasia keberkahan Ramadhan, sudah pasti ada dan bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan niat ikhlas karena Allah akan memperolehnya. Tetapi pada pembahasan ini, kita fokuskan pada kata “Takwa” diatas. Bahwa mereka yang sukses dalam Ramadhan tidak hanya setelah Ramadhan tetapi sejauh mana pelaksanaan ibadah puasa selama satu bulan tersebut. Apakah telah dilaksanakn dengan serius dan niat yang benar ?
Ada dua hal yang perlu kami sampaikan dalam kajian ini :
Pertama : syariat Ibadah puasa itu sendiri : Segala ibadah dalam Islam merupakan wasilah (sarana) bukan ghayah (tujuan), maka segala ibadah yang kita kerjakan hanyalah sebagai sarana untuk meluruskan akhlak, mendidik diri untuk mengobati penyakit kejiwaan dan kemasyarakatan kita.
                Begitu juga, puasa Ramadhan bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum, sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Tetapi memiliki tujuan yang jauh dari itu, yaitu memndidik jiwa, membiasakan manusia mangalahkan hawa nafsunya, supanya menjadi manusia yang kuat, sanggup mengatasi perasaan2 hati yang mendorong berbuat salah dan menghadapi segala sesuatu dengan sabar.
Dalam Islam, ibadah mempunyai 2 tujuan asasi/fundamental yaitu :
Pertama, tujuan dekat (hablum min annaas) : yaitu membiarkan manusia bertarung dlam hidup ini, baik untuk dirinya, masyarakatnya dan alam semuanya. Dia hidup bukan untuk makan dan minum, dia berniaga bukan untuk mengumpulkan harta dan menguasai masyarakat tetapi : agar dia menjadi penolong kebajikan dalam menghadapi kejahatan dan penolong hak dalam kebathilan. Baik bagi dirinya, orang laian maupun alam. Inilah tugas ibadah, mempersiapakan  dan mendidik manusia  sebagai khalifah fil ard.(khalifah dimuka bumi ini).
                Oleh karena itu, melaksanakan ibadah bukan hy memerhatikan bentuk dhahirnya saja, tetapi yang diperlukan adalah keseriusan/niat dan amal yang maksimal dalam  mendapatkan ridho Allah. Rasulullah bersabda :


Berapa byk orang yang beribadah malam, tidak ada baginya dr ibadah malamnya, selain hanya berjaga malam, dan banyak orang yang berpuasa tidak diperoleh dari puasanya terkecuali hanya lapar dan dahaga.
Kedua, tujuan Jauh (hablum min allah) : percaya akidah Islam, menjalankan ibadah dan falsafahnya adalah tahapan menuju pada kesempurnaan ruh manusia yang tidak berakhir dengan kematian dan batas-batas dunia ini. Ibadah suatu usaha dan jalan menghubungkan ruh dengan Allah yang menciptakan kehidupan ini, jalan untuk mendorong manusia memperoleh kesempurnaan dalam kebajikan, kebenaran, keindahan dan kekuatan. Dengan beribadah puasa, kita melepaskan diri dari tunduk kepada kemauan tubuh, menerima hukum Allah serta menentang adat kebiasaan.
                Maka karena pemahaman ibadah seperti itulah,  para sahabat  serta ulama salaf, telah mencapai kesempurnaan dalam kehidupan. 
Kedua : Di antara rahasia keberkahan puasa Ramadhan yang diharapkan manusia adalah Diampuni semua dosa-dosa yang terdahulu.
                Adakah orang yang berani mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berbuat dosa? Atau tidak pernah melanggar larangan Allah dan tidak pernah meniggalkan perintahNya? Seberapa besar dosa-dosa yang terampuni setelah melaksanakan puasa Ramadhan ? dan seberapa pula sisanya? Dengan puasa Ramadhan mungkinkan dosa-dosa yang segudang telah terampuni semua atau sebaliknya? Apakah kita termasuk yang sukses dalam bulan Ramdhan? Semua pertanyaan itu tidak akan bisa dijawab oleh manusia, hanya Allah SWT yang mengetahui dan ini menjadi “Rahasia Allah”, sebagaimana firmanNya dalam hadist qudsi : Ashoumu lii wa ana ajza bihi (Puasa itu urusanKu dan Aku akan menilainya (memberi pahala).
                JSJ rh. Mungkinkah ada dosa terdahulu yang tidak terampuni? Tentu dapat terjadi sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda : Kam min shooimin laisa lahu min shiyaamihi illal juu’I wal ‘athosi. (Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh apapun kecuali mendapat rasa lapar dan dahaga).
                Kerahasiaan berkah puasa Ramadhan ini mengandung maksud agar bersungguh-sungguh dalam menjalankan puasa. Karena dengan bersungguh-sungguh ampunan Allah SWT akan diperoleh. Dosa akan mengotori batin seseorang, semakin banyak dosa yang dikumpulkan semakin tebal pula kotoran yang melekat di dalam batin seseorang, Puasa Ramadhan adalah pembersihnya. Ibarat “cermin berdebu” semakin tebal debu menempel, semakin gelap pula cermin dibuatnya. Akan tetapi, apalagi debu-debu itu dibersihkan, maka akan menjadi bersih, bening dan berkilau kembali, sehingga bayang-bayangnya akan menjadi tampak jelas terlihat. Begitu pula batin kita, ia akan menjadi bersih apabila kotoran yang berupa dosa-dosa telah diampuni, terpancar pada wajah dan sikap tingkah laku seseorang.
                Puasa merupakan perbuatan ibadah ruhiyah. Hanya dia dan Allah SWT yang tahu. Karena itu, niat adalah merupakan satu-satunya tolok ukur, apakah puasa itu bernilai sebagai ibadah, atau hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Maka, berbahagialah bagi kita umat Islam yang mampu meluruskan dan memurnikan niat. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang berpuasa di bulan suci Ramadhan didasari dengan iman dan niat yang ikhlas karena Allah semata, maka dia akan mendapat ampunan dari Allah dari dosa yang telah dilakukan”.
                Amalan yang penting yang harus dipersiapkan menata hati dengan niat yang ikhlas. Rasulullah SAW bersabda : innamal a’maalu bin niyaat wa innamaa likullim riin maa nawaa (segala sesuatu perbuatan, tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap perkara hanya sesuai dengan niatnya).
JSJ ra. Kembali kepada kata “takwa”, mungkinkah kita mendapatkan sebutan muttaqien, diakhir Ramdhan ini, bila kita selama Ramadhan tidak ada niat serius dan menyiapkan waktu dan tenaga untuk beribadah, memulyakan bulan ini. Bisakah kita dikatakan Sukses, kalau kita hanya mengakui saja kemulyaan dan keberkahan Ramdahan, tanpa melakukan perbuatan. Dengan berpuasa kita insaf/bertoubat kepada Allah, bukan karena diperintah orang lain jika kita insaf, kita merasa berhubungan dengan Allah, dididik oleh Allah selama satu bulan penuh ini, Tidak ada seseorang yang mendapatkan kemulyaan di bulan Ramadhan, kecuali mereka yang mengagungkan Ramadhan itu sendiri. Akhirnya semoga KINI dan NANTI kita menjadi MUTTAQIEN. Idul Fitri kita merayakan kesucian kita, dengan semangat baru, akhlak baru dan kesempurnaan dalam beragama dan menjalani kehidupan ini.

Senin, 14 April 2014

Bangga menjadi Bangsa Indonesia



Syarat untuk mendapat negara yang baik, menurut berita al-Qur’an hanya dua, iman dan Taqwa. (QS Al A’raf :96).

96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
         Dalam ayat tersebut menggunakan kata, barakaat yang maknanya banyak berkah. Dan berkah itu sudah ada, sudah siap, tinggal kita membuka. Tetapi kita terkadang mendustakan. Kemudian kita menderita atas apa yang kita lakukankan, karena kita tidak bersyukur atas nikmat  Allah SWT.
                Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau sadar bahwa di kota ini, masyarakatnya majemuk, ada Yahudi, Nasrani, Majusi, dan sekitar 70% orang Madinah masih menyembah berhala. Juga terdiri bermacam-macam suku. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW menghadapi kemajemukan itu? Beliau mengundang seluruh elemen masyarakat yang terdiri dari kepala suku dan tokoh agama untuk mengadakan perjanjian. Inilah yang dikenal dengan Perjanjian Madinah yang terdiri dari 47 pasal. Dalam perjanjian itu sebelum masuk pasal perpasal, di atasnya ditulis bismillahirrahmaanirahim dilanjutkan muqaddimah. Yang berbunyi : “Ini adalah perjanjian antara Muhammad SAW yang mewakili umat Islam, baik umat Islam Quraisy, maupun Madinah, bersama mereka yang bertemu hari ini, mengikuti perjanjian ini dan menandatangani, menyepakati, bahwa semuanya adalah satu bangsa”. Ini artinya, bahwa Rasulullah SAW memberi contoh kepada kita bahwa: Pertama, sebuah bangsa butuh wadah yang namanya Negara, dan apa yang dilakukan Rasulallah SAW adalah contoh bagaimana umat Islam berpolitik. Kedua, bahwa orang berbangsa menyatakan satu bangsa, walaupun berbeda agama, suku, dan bahasa. 
                Dari sinilah para ulama dan pakar politik menyatakan, bahwa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45 ini, diyakini sama dengan model yang dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah, maka mereka berani menyatakan bahwa bentuknya sudah final. Adapun isinya, dibangun bersama baik dari segi hukum, politik dan hak-hak warga negara dlsb.
                Dengan demikian hubungan politik dengan agama itu jelas, bahwa politik itu merupakan instrument atau alat untuk mencapai suatu tujuan bernegara yang baik, yang pada hakekatnya mencari ridha Allah (lillah). Sama halnya dengan pendidikan, ekonomi, budaya dlsb.Tetapi kalau  konsep awal ini dibalik. yakni alat dijadikan tujuan dirubah menjadi tujuan dijadikan alat, ini akan menjadi problem.
                Kalau berbicara konsep Islam, memang tidak hanya berbicara pada urusan dunia semata, tetapi segala urusan harus dikaitkan dengan masalah Akhirat. ( An Nisa’ : 59).
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ    
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
                Kata Ulil amri ada yang menafsirkan hukumah (pemerintah). Ada juga yang menafsirkan gabungan antara eksekutif, legislative dan yudikatif (pemerintahan, DPR dan pengadilan).
                Makna dasar politik adalah segala daya upaya orang untuk mewujudkan masyarakat yang baik. Namun saat ini para ahli membatasi, makna politik dengan wujud upaya mencari kekuasaan dalam berbangsa dan bernegara (exercise of power). Oleh sebab itu, jika politik dimaknai mencari kekuasaan, maka terjadilah kondisi di mana tidak ada lawan dan kawan yang abadi. Yang abadi ya kepentingan dan kekuasaan itu sendiri. Untuk itu, yang melekat pada politik adalah terjadinya konflik. Sebabnya jumlah kekuasaan sedikit, sementara yang menginginkan banyak
                Pada masa  Khalifah Umar bin Khattab, ketika beliau mengganti Muawiyah sebagai kepala daerah/gubernur  di Syiria, ia sangat berhati-hati mencari penggantinya.? Setiap kesalahan anak buah, tanggungjawab pertama ada di pundakku? katanya. Waktu itu, Syiria merupakan kota modern, kaya penuh gemerlap dan juga terkenal dengan pembangkangan penduduknya kepada penguasa. Akhirnya ia memutuskan menunjuk Said bin Amir.
                Ketika diminta menduduki jabatan itu, Said tidak justeru bersenang hati apalagi mengadakan tasyakuran, tapi justeru merasa sedih. ? Wahai Pemimpin Semua Kaum Mukmin (amirul mukminin), jangan hadapkan saya pada jabatan penuh fitnah ini? katanya. Umar menjawab, ?Demi Allah, saya tidak akan melepaskanmu. Apakah engkau tega membebankan kepemimpinan di pundakku, lalu engkau meninggalkan aku sendirian?.
                Akhirnya Said luluh dan bersedia berangkat menjalani tugas ke Syiria sekalipun ia harus meninggalkan isterinya yang cantik dan baru saja dinikah. Ujian pertama yang dihadapi Said ternyata bukan dari rakyat yang dipimpinnya, tapi dari isterinya sendiri. Sang isteri meminta dibelikan perabot rumah yang serba mewah dan diberi uang tabungan. ? Maafkan isteriku, semua gaji telah saya sedekahkan? kata Said yang kemudian membuat isterinya menangis dan kecewa. Akhirnya Said bersyukur, ternyata sang isteri siap hidup sebagai isteri pejabat tanpa sedikitpun kemewahan.
                Sebagai kepala negara, Umar melakukan inspeksi/sidak mendadak dan menemui sejumlah penduduk Syiria yang sedang bergerombol. Dari interview singkat itu, Umar menyimpulkan adanya empat protes mereka. Pertama, Said selalu berangkat kerja agak siang. Kedua, menolak melayani masyarakat pada malam hari.Ketiga, paling sedikit dua kali absen setiap bulan.Keempat, beberapa kali pingsan ketika sedang bekerja.
                Umar menunduk sedih dan berbisik memohon kepada Allah, ?Wahai Allah, sejauh yang saya tahu, Said adalah hambaMu yang terbaik. Mudah-mudahan firasatku tidak meleset?. Sebagai pemimpin yang bijak, ia menghargai para pengritik/rakyat syiria itu akan tetapi Umar juga tidak gegabah menjatuhkan sanksi. Maka ia meminta klarifikasi Said.
                Inilah beberapa penjelasan Said dan saya yakin para jamaah ikut haru dan bangga kepadanya. Pertama, mengapa saya berangkat kerja agak siang?. Demi Allah, sebenarnya saya malu menjelaskan hal ini kepada siapapun. Namun apa boleh buat. Saya tidak mempunyai pembantu. Sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram. Lalu saya membuat roti, shalat Dluha dan baru keluar rumah. ?Alhamdulillah? kata Umar dengan lirih. Kedua, mengapa menolak melayani masyarakat malam hari?. Siang hari saya sediakan waktu sepenuhnya untuk mereka, sedangkan malam hari saya khususkan untuk Allah. Ketiga, mengapa saya absen dua kali setiap bulan? Saya mencuci baju dan menunggu sampai kering untuk dipakai lagi karena hanya itu yang saya miliki. Keempat, mengapa kadangkala saya pingsan?. Ini terkait sejarah masa lalu ketika saya belum masuk Islam. Suatu saat, saya melihat sahabat Nabi, Hubaib al-Anshari disiksa orang kafir. Ketika ditanya, ?Bagaimana jika kamu saya lepas, tapi nabimu kau bawa kemari untuk menggantikanmu?, Hubaib menjawab lantang, ?Saya tidak rela nabiku terkena sakit sedikitpun, walau hanya tusukan duri?. Saat itulah saya menyaksikan Hubaib dipotong-potong tubuhnya. Saya diam berpangku tangan, tidak mengulurkan pertolongan sedikitpun. Said bercerita dengan membiarkan bibirnya basah oleh air mata yang suci dari jiwa yang shalih. ?Setiap kali saya teringat kejadian itu, tubuhku gemetar dan lunglai. Saya takut siksa Allah? .Umar mendengarkan dengan haru. Beliau bersyukur pilihannya benar, lalu merangkul serta mencium kening Said yang penuh sinar kesalehan itu.
                Begitulah cara Umar bin Khattab memilih pejabat publik. Pertimbangan utamanya adalah profesionalitas dan spiritualitas. Tidak berdasar atas lobi-lobi dan politik dagang sapi, apalagi politik uang, lebih-lebih atas dasar hubungan kekeluargaan. Tidak semata-mata mempertimbangkan kecerdasan seseorang. Untuk apa orang cerdas kalau ternyata tukang kuras terhadap kekayaan negara. Untuk apa menunjuk orang dengan deretan gelar, kalau ternyata hanya bermulut besar. Memperbaiki SDM yang kurang terampil lebih mudah daripada memperbaiki SDM yang kurang berakhlak. Negara kita amat membutuhkan SDM yang cerdas, siap bekerja keras, dan memiliki integritas. Kemimpinan Umar bin Khattab dan Said bin Amir telah memberikan atmosfir rakyatnya untuk selalu kritis terhadap jalannya pemerintahan dan kepemimpinan pejabat publik. Said bin Amir, gubernur di propinsi Khoms, Syiria memberi tauladan hidup sederhana, tidak tunduk pada isteri yang boros dan konsumtif.
                Nah, kita mengandai beliau (Said bin Amir)  hidup kembali sebentar saja, ia tentu pingsan mendengar sejumlah pejabat di republik ini memiliki rekening puluhan milyar. Apalagi jika Said bin Amir mendengar ada orang terhormat pergi umrah ke tanah suci, dengan biaya hasil mencuri.
               
Syukur Menjadi Bangsa Indonesia
                Negara Indonesia tercinta, diberi rahmat oleh Allah SWT menjadi negara paling indah di dunia. Negara paling makmur di dunia.
Ada ayat Al-Qur’an yang ilustrasinya seperti negara Indonesia, yakni surah An Nahl : 112.
z>uŽŸÑur ª!$# WxsWtB Zptƒös% ôMtR$Ÿ2 ZpoYÏB#uä Zp¨ZͳyJôÜB $ygÏ?ù'tƒ $ygè%øÍ #Yxîu `ÏiB Èe@ä. 5b%s3tB ôNtxÿx6sù ÉOãè÷Rr'Î/ «!$# $ygs%ºsŒr'sù ª!$# }¨$t6Ï9 Æíqàfø9$# Å$öqyø9$#ur $yJÎ/ (#qçR$Ÿ2 šcqãèuZóÁtƒ ÇÊÊËÈ  

112. dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian[841] kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
[841] Maksudnya: kelaparan dan ketakutan itu meliputi mereka seperti halnya pakaian meliputi tubuh mereka.
                Bentuk kekafiran/pengingkaran itu misalnya, kita tidak bangga dengan yang diberi oleh Allah kepada kita. Tidak terima kasih yang Allah berikan kepada kita. Kita lebih senang menjadi orang lain. Kita hidup mencontoh orang lain. bahkan budaya local yang menjadi ciri khas bangsa hilang dengan meniru budaya bangsa lain. yang diterapkan semua mencontoh orang lain. Akhirnya kita tidak bisa menjadi orang lain, dan tidak bisa menjadi diri kita sendiri. Kita menjadi orang yang kehilangan jati diri. Mengapa seperti itu? karena para pemimpin. Kalau pemimpinnya saja tidak cinta terhadap bangsannya sendiri, bagaimana rakyatnya? Karena mereka jauh dari Allah SWT.  Kalau mereka ingat kepada Allah, mereka ingat yaumil jazaa’, di mana setiap perbuatan, akan dihitung. ( QS Al Kahfi : 49).
 
49. dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun".

                Orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki segalanya. Orang yang kaya itu orang yang tidak bergantung hidupnya kepada orang lain. Tetapi bergantung dan berlindung hanyak kepada Allah SWT. Hasbiyallahu wani’mal wakiil (cukup bagiku Allah sebagai pelindung). Andai kita mau mengatur ekonomi di negeri sendiri, andai asset-asset negara dari Sabang sampai ke Merauke dimiliki oleh orang Indonesia, maka tidak ada seorangpun yang miskin di Indonesia.
                Sebanyak 85% asset ekonomi kita melayang dimiliki orang-orang asing. Bahkan, kalau kita diembargo, kita akan kesulitan, karena air kita 80% asing. Garam diimpor, gula juga diimpor, kedelai dan jagung juga diimpor.
                Allah memberi kita kekayaan SDA yang luar biasa. Hutan kita paling kaya di dunia. Sayur-mayur kita paling kaya di dunia. Buah-buahan kita paling kaya di dunia. Laut kita paling kaya di dunia. Siput kita paling kaya di dunia. Bahkan katanya pemerintah akan menjadikan udang menjadi komoditas unggulan.
                Kenapa Jepang maju karena industry? Karena mereka tidak punya apapun kecuali industry, sehingga mereka harus mengarah ke situ. Tetapi kita punya banyak, lebih banyak dari yang mereka punya. Andai pada suatu saat ada embargo di dunia ini, setiap negara hidup sendiri-sendiri, maka kitalah yang akan paling bertahan. Negara-negara industry akan mati paling awal. Karena yang mereka andalkan produk industrinya, sehinga kalau mereka tidak punya makanan, tidak akan bisa makan televise buatannya, mobil buatannya. Sementara kita, kita punya pisang, manggga dlsb. kita jual itu, kalau tidak laku, kita makan sendiri.
                Oleh karena itu, momentum pemilihan Umum tahun 2014 ini, kita bisa mencari calon-calon yang professional dan amanah. Bangga dengan Indonesia dan berusaha mengambangkan potensi SDM dan SDA yang ada secara mendiri.
                Satu pilihan bagi kita, pada tanggal 9 April2014, menentukan masa depan Negara ini. Dan menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat untuk menentukan suaranya.
                Kita yakin, selagi iman dan takwa ada pada diri kita dan pemimpin bangsa. Kesederhanaan dan kesungguhan para pemimpin kita mengatur rakyatnya, Suatu saat nanti Negara ini menjadi Negara yang kaya, rakyatnya bahagia dan negaranya makmur disegani oleh Negara lain. Mudah-mudahan negara kita bisa menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur. Amien,
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.