Mereka yang sukses
dalam Ramdhan by. Mulyadi
Ketika
Ramadhan akan tiba, Rasulullah SAW dan para sahabat menyambutnya dengan sangat
gembira laksana tamu istimewa. Dalam kontek kita saat ini, bagaimana perasaan
kita jika ada seorang tamu yang anda cintai bermaksud akan mengunjungi dan
tinggal besama anda selama beberapa hari ? Tak diragukan lagi betapa bahagianya
kita mendengar kabar ini dan sedapat mungkin anda akan mempersiapkan rumah
kita, membersihkannya dan menyiapkan acara dan makanan-minuman yang menarik.
Nah,
bagaimana jika tamu itu bukan saja kita cintai, akan tetapi juga dicintai dan
dimuliakan Allah dan rasul-Nya serta seluruh umat muslim. Sudahkah terbayang
oleh kita siapa tamu yang luar biasa ini, selama sebulan penuh, siang dan malam,
membawa kebaikan dan keberkahan. Dialah bulan
Ramadhan : bulan mulia, bulan dimana al-Quran diturunkan, bulan shiyam, bulan qiyamullail, bulan berhias
tahajud, bulan segala do’a
dan taubat dikabulkan, bulan
penuh kesabaran, bulan pengendalian diri, bulan dimana pahala dan ampunan Allah diobral
semurah mungkin, bulan dimana pintu
neraka ditutup dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya, bulan dimana para syaitan dibelenggu, bulan dimana amal kebaikan dilipatgandakan, bulan
dimana didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (lailatul qadr), bulan dimana dengan berpuasa badan kita tambah sehat, bulan penuh kegembiraan serta bulan diberinya rezki berlimpah dan penuh ketaqwaan.
Berdasarkan
Al-Qur’an dan Al Hadits, para ulama berbeda hitungan dalam menghitung jumlah “Rahasia Keberkahan Puasa Ramadhan”. Di
antaranya ada yang berpendapat sepuluh, lima belas macam. Dan menurut DR Yusuf
Qardlowi ada 5 (lima) macam secara garis besar. Oleh karena itu, Pendidikan akan keberkahan Ramadhan
ini, menjadi tujuan dari di syariatkan puasa Ramadhan.
JSJ rh. Dalam Surat Al-Baqorah : 183, Allah berfirman :
$ygr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
|=ÏGä.
ãNà6øn=tæ
ãP$uÅ_Á9$#
$yJx.
|=ÏGä.
n?tã
úïÏ%©!$#
`ÏB
öNà6Î=ö7s%
öNä3ª=yès9
tbqà)Gs?
ÇÊÑÌÈ
183. Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Dalam
ayat tersebut, kata “takwa”, menggunakan fi’il mudhari’, yang berarti ketakwaan
itu harus hadir di setiap saat (makna Hal)
bahkan akan datang (istiqbal). Para ulama
memberikan ciri, bahwa mereka yang sukses dlm Ramdahan adalah bila indikator
ketakwaan tersebut muncul dan tercermin dalam sikap mereka setelah Ramadhan.
Apakah bertahan atau meningkat, atau sebaliknya?.
Rahasia
keberkahan Ramadhan, sudah pasti ada dan bagi mereka yang bersungguh-sungguh
dan niat ikhlas karena Allah akan memperolehnya. Tetapi pada pembahasan ini,
kita fokuskan pada kata “Takwa” diatas. Bahwa mereka yang sukses dalam Ramadhan
tidak hanya setelah Ramadhan tetapi sejauh mana pelaksanaan ibadah puasa selama
satu bulan tersebut. Apakah telah dilaksanakn dengan serius dan niat yang benar
?
Ada dua hal yang perlu kami sampaikan dalam
kajian ini :
Pertama : syariat Ibadah
puasa itu sendiri : Segala ibadah dalam Islam merupakan wasilah (sarana) bukan
ghayah (tujuan), maka segala ibadah yang kita kerjakan hanyalah sebagai sarana
untuk meluruskan akhlak,
mendidik diri untuk mengobati penyakit kejiwaan dan kemasyarakatan kita.
Begitu juga, puasa
Ramadhan bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum, sejak terbit fajar
sampai terbenamnya matahari. Tetapi memiliki tujuan yang jauh dari itu, yaitu memndidik
jiwa, membiasakan manusia mangalahkan hawa nafsunya, supanya menjadi manusia
yang kuat, sanggup mengatasi perasaan2 hati yang mendorong berbuat salah dan
menghadapi segala sesuatu dengan sabar.
Dalam Islam, ibadah mempunyai 2 tujuan asasi/fundamental yaitu :
Pertama, tujuan dekat (hablum min annaas) : yaitu membiarkan
manusia bertarung dlam hidup ini, baik untuk dirinya, masyarakatnya dan alam
semuanya. Dia hidup bukan untuk makan dan minum, dia berniaga bukan untuk
mengumpulkan harta dan menguasai masyarakat tetapi : agar dia menjadi penolong
kebajikan dalam menghadapi kejahatan dan penolong hak dalam kebathilan. Baik
bagi dirinya, orang laian maupun alam. Inilah tugas ibadah, mempersiapakan dan mendidik manusia sebagai khalifah fil ard.(khalifah dimuka
bumi ini).
Oleh karena itu,
melaksanakan ibadah bukan hy memerhatikan bentuk dhahirnya saja, tetapi yang
diperlukan adalah keseriusan/niat dan amal yang maksimal dalam mendapatkan ridho Allah. Rasulullah bersabda
:
Berapa byk orang yang beribadah malam,
tidak ada baginya dr ibadah malamnya, selain hanya berjaga malam, dan banyak
orang yang berpuasa tidak diperoleh dari puasanya terkecuali hanya lapar dan
dahaga.
Kedua, tujuan Jauh (hablum min
allah) : percaya akidah Islam, menjalankan ibadah dan falsafahnya adalah
tahapan menuju pada kesempurnaan ruh manusia yang tidak berakhir dengan
kematian dan batas-batas dunia ini. Ibadah suatu usaha dan jalan menghubungkan
ruh dengan Allah yang menciptakan kehidupan ini, jalan untuk mendorong manusia
memperoleh kesempurnaan dalam kebajikan, kebenaran, keindahan dan kekuatan.
Dengan beribadah puasa, kita melepaskan diri dari tunduk kepada kemauan tubuh,
menerima hukum Allah serta menentang adat kebiasaan.
Maka karena
pemahaman ibadah seperti itulah, para
sahabat serta ulama salaf, telah
mencapai kesempurnaan dalam kehidupan.
Kedua : Di
antara rahasia keberkahan puasa Ramadhan yang diharapkan manusia adalah Diampuni semua dosa-dosa yang terdahulu.
Adakah
orang yang berani mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berbuat dosa? Atau
tidak pernah melanggar larangan Allah dan tidak pernah meniggalkan perintahNya?
Seberapa besar dosa-dosa yang terampuni setelah melaksanakan puasa Ramadhan ?
dan seberapa pula sisanya? Dengan puasa Ramadhan mungkinkan dosa-dosa yang
segudang telah terampuni semua atau sebaliknya? Apakah kita termasuk yang sukses dalam bulan
Ramdhan? Semua pertanyaan itu tidak akan bisa dijawab oleh manusia, hanya
Allah SWT yang mengetahui dan ini menjadi “Rahasia Allah”, sebagaimana
firmanNya dalam hadist qudsi : Ashoumu
lii wa ana ajza bihi (Puasa itu urusanKu dan Aku akan menilainya (memberi
pahala).
JSJ rh. Mungkinkah ada dosa
terdahulu yang tidak terampuni? Tentu dapat terjadi sebagaimana sabda
Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al Hakim dari
Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda
: Kam min shooimin laisa lahu min shiyaamihi illal juu’I wal ‘athosi. (Betapa
banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh apapun kecuali mendapat
rasa lapar dan dahaga).
Kerahasiaan
berkah puasa Ramadhan ini mengandung maksud agar bersungguh-sungguh
dalam menjalankan puasa. Karena dengan bersungguh-sungguh ampunan Allah SWT
akan diperoleh. Dosa akan mengotori batin seseorang, semakin banyak
dosa yang dikumpulkan semakin tebal pula kotoran yang melekat di dalam batin
seseorang, Puasa Ramadhan adalah pembersihnya. Ibarat “cermin berdebu” semakin
tebal debu menempel, semakin gelap pula cermin dibuatnya. Akan tetapi, apalagi
debu-debu itu dibersihkan, maka akan menjadi bersih, bening dan berkilau
kembali, sehingga bayang-bayangnya akan menjadi tampak jelas terlihat. Begitu
pula batin kita, ia akan menjadi bersih apabila kotoran yang berupa dosa-dosa
telah diampuni, terpancar pada wajah dan sikap tingkah laku seseorang.
Puasa
merupakan perbuatan ibadah ruhiyah. Hanya dia dan Allah SWT yang tahu. Karena
itu, niat adalah merupakan satu-satunya tolok ukur, apakah puasa itu bernilai
sebagai ibadah, atau hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Maka, berbahagialah
bagi kita umat Islam yang mampu meluruskan dan memurnikan niat. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa
yang berpuasa di bulan suci Ramadhan didasari dengan iman dan niat yang ikhlas
karena Allah semata, maka dia akan mendapat ampunan dari Allah dari dosa yang
telah dilakukan”.
Amalan
yang penting yang harus dipersiapkan menata hati dengan niat yang ikhlas.
Rasulullah SAW bersabda : innamal
a’maalu bin niyaat wa innamaa likullim riin maa nawaa (segala sesuatu
perbuatan, tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap perkara hanya
sesuai dengan niatnya).
JSJ ra. Kembali kepada kata “takwa”,
mungkinkah kita mendapatkan sebutan muttaqien, diakhir Ramdhan ini, bila kita
selama Ramadhan tidak ada niat serius dan menyiapkan waktu dan tenaga untuk
beribadah, memulyakan bulan ini. Bisakah kita dikatakan Sukses, kalau kita
hanya mengakui saja kemulyaan dan keberkahan Ramdahan, tanpa melakukan
perbuatan. Dengan berpuasa kita insaf/bertoubat kepada Allah, bukan karena
diperintah orang lain jika kita insaf, kita merasa berhubungan dengan Allah,
dididik oleh Allah selama satu bulan penuh ini, Tidak ada seseorang yang
mendapatkan kemulyaan di bulan Ramadhan, kecuali mereka yang mengagungkan
Ramadhan itu sendiri. Akhirnya semoga KINI
dan NANTI kita menjadi MUTTAQIEN. Idul Fitri kita merayakan kesucian kita,
dengan semangat baru, akhlak baru dan kesempurnaan dalam beragama dan menjalani
kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar