Selasa, 11 Februari 2014

Menata Kehidupan Dengan Nilai Keislaman



            Hidup kita sekarang ini, hidup yang penuh kegelisahan. Jumlah orang yang gelisah dan kecewa dalam hidup semakin meningkat. Ahli psikologi menyatakan, bahwa zaman semakin modern, semakin banyak orang yang depresi, gelisah, dan bingung. Tetapi, lagi-lagi, Allah memberikan jaminan, bahwa manusia yang beriman kepada Allah dan menjadikanNya yang utama dan pertama dalam hidupnya, mereka akan dijamin akan mendapatkan kebahagiaan hidup sejati. Firman Allah  (QS Al Anfaal : 4).
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
 Sebaliknya, manusia yang melupakan Allah dalam menata kehidupannya, mereka hanya akan mendapatkan kebingungan-kebingungan, walaupun tampak secara dhohir bergelimang harta, fasilitas serba ada. Namun dalam hatinya penuh kegelisahan alias GALAU. Firman Allah (QS Thaahaa:124).
   
124. dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".

            Makna hidup ini bukan harus dijalani dengan kemiskinan. Malah justeru harus kaya, tetapi sekedarnya, karena kekayaan itu diorientasikan untuk akhirat, untuk ketaatannya kepada Allah SWT. Dan jika kita miskin, jangan takut tidak bahagia.
The new economic poundation, melakukan penelitian. Membuat ranking IPB (Indeks Prestasi Bahagia) 180 negara. Negara mana yang paling bahagia. Dan diduga negara-negara kayalah yang paling bahagia. Ternyata, hasilnya mengejutkan. Yang paling bahagia adalah negara Vanuatu, negara kepulauan Pasifik Selatan. Hidup dari pertanian dan pariwisata skala kecil. Dan ketika ditanya, mengapa mereka bahagia? Jawabannya : “Kami terbisa hidup ala kadarnya, tidak ada permusuhan, hidup kami saling tolong menolong, saling membantu, tidak ada yang menakutkan kami, kecuali angin topan dan bencana alam lainnya”. Sedangkan Indonesia ranking ke-24. Betapa beliau-beliau yang terhormat yang tersandung kasus korupsi itu unggul dalam intelektual, finansial dan kekuasaan, tetapi tidak unggul dalam aspek spiritual. Seakan Allah mengingatkan : bahwa Kita boleh kuat secara fisik, boleh matang secara emosional, boleh kaya secara financial, boleh pintar secara intelektual, tetapi kalau tidak matang secara spiritual, maka Kita tidak bisa melampaui krisis kehidupan. Hidup ini bisa terasa berat, bisa juga terasa penuh masalah, tetapi tidak terlalu bagi orang-orang yang berorientasi pada Akhirat ( mission oriented) dari pada berorientasi kepada Kekuasaan dan kekayaan (commission oriented), manusia yang mendahulukan spiritual ketimbang yang lainnya.
Oleh karena itu, dalam menata hidup dan kehidupan ini dengan mengisi dan membenahi hati kita dengan Allah SWT.
Kaidah pertama, Allah sebagai tempat kembali. (QS Al Hajj : 40 ).
t
40. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.
Ayat ini merupakan jaminan dari Allah, bahwa jika seseorang dalam hidupnya menjadikan syariat, ibadah sebagai sesuatu yang utama dan pertama, maka dia dalam pertolongan Allah. Betapapun beban hidupnya banyak, problematika kehidupannya banyak, jika Allah sebagai sandaran dan tempat kembali, maka sebesar apapun problematika yang dialami akan tidak ada artinya. Kita merasa masalah yang kita hadapi besar, kita merasa bahwa masalah hidup kita banyak, kemudian kita terlarut dalam kebingungan, kegalauan serta derita yang luar biasa, itu akan terjadi, jika kita tidak mengagungkan Allah.
Kaidah kedua, bersikap tidak ekstrim/berlebihan dalam memahami cinta dan benci. ( QS Al Baqarah 216).
   
216. diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
            Ketika diberikan kenikmatan oleh Allah, jangan munculkan kesombongan, karena kita tidak tahu, di balik kenikmatan itu ada musibah. Bukankah banyak kenikmatan yang merupakan pintu gerbang turunnya kesengsaraan? Begitu juga ketika diberi musibah dan derita oleh Allah, jangan kemudian membenci, karena bisa jadi di balik musibah dan derita itu Allah titipkan kebaikan. Bukankah banyak penderitaan menjadi pintu gerbang turunnya kenikmatan. Hidup adalah misteri yang rahasianya hanya di ketahui oleh Allah SWT. Selama tidak berbuat salah kepada Allah SWT dengan berpegang kepada syariatNya, yakinlah bahwa Allah akan membahagiakan.
Kadang sesuatu yang kita cintai menyebabkan datangnya derita. Kadang yang kita sedihkan menyebabkan kebahagiaan. Dalam Al Qur’an dikisahkan dengan indah, yang oleh Allah disebut ahsanul qashash (suatu kisah tuntas yang terindah), yakni surah Yusuf. Yusuf, seorang anak yang dibanggakan dan dicintai oleh bapaknya, Ya’qub. Semua setuju, kalau orang tua mencintai anak, dan itu hal yang biasa dan baik. Tetapi cintanya Ya’qub terhadap Yusuf, menjadi petaka buat anaknya itu. Saudara-saudara Yusuf menjadi iri kepada Yusuf, lalu mereka berusaha mencelakai Yusuf. Maka, yang terjadi Yusuf lemparkan ke dalam sumur di tempat yang jauh dari penduduk. Inilah cinta yang berbuah derita. Dilempar ke dalam sumur bagi Yusuf adalah suatu musibah. Namun, ternyata dengan musibah itu menjadikan Yusuf hidup di lingkungan kerajaan. Inilah derita yang membawa nikmat. Menjadi keluarga kerajaan adalah sebuah nikmat, tetapi ini juga menjadi awal dari petaka Yusuf. Dia dicintai anaknya raja sampai digoda untuk berbuat mesum, karena Yusuf tidak mau melakukan perbuatan keji itu, menyebabkan dia dipenjara. Nikmat berbuah musibah. Semua orang sepakat kalau masuk dalam penjara adalah suatu derita, tetapi apakah derita itu tidak berujung bahagia? Justru dengan berada dipenjara itu, Yusuf diberi ilmu oleh Allah, dan menjadi terkenal karena ilmu takwil mimpinya itu. Akhirnya diminta oleh raja mentakwilkan mimpinya, dan takwilnya benar, kemudian Yusuf diangkat menjadi raja. Dari penjara menjadi raja. Derita berujung bahagia.

Kaidah ketiga, konsultasikan sesuatu yang kita tidak tahu kepada ahlinya. (QS AnNahl : 43).

43. dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,
[828] Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.
Juga hadist nabi : Barang siapa yang menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, Maka tunggulah saat kehancurannya.
                Kalau hidup kita ingin tertata dengan baik, maka tanyakanlah sesuatu yang belum kita ketahui kepada orang yang tahu. Nabi Daud berkata kepada Nabi Sulaiaman : Wahai anakku, kamu jangan memutuskan sesuatu kecuali kamu telah musyawarah dengan orang yang tahu. Kalau kamu melakukan itu, kamu tidak akan menyesal. Kepada siapakah kita bertanya? Kepada “ahl dzikri”. Ada yang menafsirkan orang yang pandai Al-Qur’an. Ada yang menyebut ahlul ilmi (orang yang pengetahuannya luas) dan mengerti tentang agama. Jangan bertanya kepada orang yang tidak mempunyai ilmu tentang apa yang ditanyakan, atau tidak mempunyai ilmu agama, karena justeru akan merusak tatanan
Demikian, khutbah ini, semoga hidup dan kehidupan kita senantisa bahagia beserta rahmat dan ridho Allah SWT. Hidup dan mati kita berada dalam KHUSNUL KHOTIMAH. Amin (by Mulyadi)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar