Hidup kita
sekarang ini, hidup yang penuh kegelisahan. Jumlah orang yang gelisah dan
kecewa dalam hidup semakin meningkat. Ahli psikologi menyatakan, bahwa zaman
semakin modern, semakin banyak orang yang depresi, gelisah, dan bingung.
Tetapi, lagi-lagi, Allah memberikan jaminan, bahwa manusia yang beriman kepada
Allah dan menjadikanNya yang utama dan pertama dalam hidupnya, mereka akan
dijamin akan mendapatkan kebahagiaan hidup sejati. Firman Allah (QS Al Anfaal : 4).
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia.
Sebaliknya, manusia yang melupakan Allah dalam
menata kehidupannya, mereka hanya akan mendapatkan kebingungan-kebingungan,
walaupun tampak secara dhohir bergelimang harta, fasilitas serba ada. Namun dalam hatinya penuh
kegelisahan alias GALAU. Firman Allah (QS Thaahaa:124).
124. dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam Keadaan buta".
Makna hidup ini bukan harus dijalani dengan kemiskinan. Malah justeru harus kaya, tetapi sekedarnya, karena kekayaan itu diorientasikan untuk akhirat, untuk ketaatannya kepada Allah SWT. Dan jika kita miskin, jangan takut tidak bahagia.
The new economic poundation,
melakukan penelitian. Membuat ranking IPB (Indeks Prestasi Bahagia) 180 negara.
Negara mana yang paling bahagia. Dan diduga negara-negara kayalah yang paling
bahagia. Ternyata, hasilnya mengejutkan. Yang paling bahagia adalah negara Vanuatu, negara kepulauan Pasifik
Selatan. Hidup dari pertanian dan pariwisata skala kecil. Dan ketika ditanya, mengapa mereka
bahagia? Jawabannya : “Kami terbisa hidup ala kadarnya, tidak ada permusuhan,
hidup kami saling tolong menolong, saling membantu, tidak ada yang menakutkan
kami, kecuali angin topan dan bencana alam lainnya”. Sedangkan Indonesia
ranking ke-24. Betapa beliau-beliau yang terhormat yang tersandung kasus
korupsi itu unggul dalam intelektual, finansial dan kekuasaan, tetapi tidak
unggul dalam aspek spiritual. Seakan Allah mengingatkan : bahwa Kita boleh kuat secara fisik, boleh
matang secara emosional, boleh kaya secara financial, boleh pintar secara
intelektual, tetapi kalau tidak matang secara spiritual, maka Kita tidak bisa melampaui krisis
kehidupan. Hidup ini bisa terasa berat, bisa juga terasa penuh masalah, tetapi
tidak terlalu bagi orang-orang yang berorientasi pada Akhirat ( mission oriented) dari pada berorientasi kepada Kekuasaan dan kekayaan (commission
oriented), manusia yang mendahulukan
spiritual ketimbang yang lainnya.
Oleh karena itu, dalam menata hidup
dan kehidupan ini dengan mengisi dan membenahi hati kita dengan Allah SWT.
Kaidah
pertama, Allah sebagai tempat kembali. (QS Al Hajj : 40 ).
t
40. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami
hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara
Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid,
yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti
menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
kuat lagi Maha perkasa.
Ayat ini merupakan jaminan dari
Allah, bahwa jika seseorang dalam hidupnya menjadikan syariat, ibadah sebagai
sesuatu yang utama dan pertama, maka dia dalam pertolongan Allah. Betapapun
beban hidupnya banyak, problematika kehidupannya banyak, jika Allah sebagai
sandaran dan tempat kembali, maka sebesar apapun problematika yang dialami akan
tidak ada artinya. Kita merasa masalah yang kita hadapi besar, kita merasa
bahwa masalah hidup kita banyak, kemudian kita terlarut dalam kebingungan, kegalauan
serta derita yang luar biasa, itu akan terjadi, jika kita tidak mengagungkan
Allah.
Kaidah kedua, bersikap tidak
ekstrim/berlebihan
dalam memahami cinta dan benci. ( QS Al Baqarah 216).
216. diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia
Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Ketika diberikan
kenikmatan oleh Allah, jangan munculkan kesombongan, karena kita tidak tahu, di
balik kenikmatan itu ada musibah. Bukankah banyak kenikmatan yang merupakan
pintu gerbang turunnya kesengsaraan? Begitu juga ketika diberi musibah dan
derita oleh Allah, jangan kemudian membenci, karena bisa jadi di balik musibah
dan derita itu Allah titipkan kebaikan. Bukankah banyak penderitaan menjadi
pintu gerbang turunnya kenikmatan. Hidup adalah misteri yang rahasianya hanya
di ketahui oleh Allah SWT. Selama tidak berbuat salah kepada Allah SWT dengan
berpegang kepada syariatNya, yakinlah bahwa Allah akan membahagiakan.
Kadang sesuatu yang kita cintai
menyebabkan datangnya derita. Kadang yang kita sedihkan menyebabkan
kebahagiaan. Dalam Al Qur’an dikisahkan dengan indah, yang oleh Allah disebut ahsanul
qashash (suatu kisah tuntas yang terindah), yakni surah Yusuf. Yusuf,
seorang anak yang dibanggakan dan dicintai oleh bapaknya, Ya’qub. Semua setuju,
kalau orang tua mencintai anak, dan itu hal yang biasa dan baik. Tetapi
cintanya Ya’qub terhadap Yusuf, menjadi petaka buat anaknya itu. Saudara-saudara
Yusuf menjadi iri kepada Yusuf, lalu mereka berusaha mencelakai Yusuf. Maka,
yang terjadi Yusuf lemparkan ke dalam sumur di tempat yang jauh dari penduduk.
Inilah cinta yang berbuah derita. Dilempar ke dalam sumur bagi Yusuf adalah
suatu musibah. Namun, ternyata dengan musibah itu menjadikan Yusuf hidup di
lingkungan kerajaan. Inilah derita yang membawa nikmat. Menjadi keluarga
kerajaan adalah sebuah nikmat, tetapi ini juga menjadi awal dari petaka Yusuf.
Dia dicintai anaknya raja sampai digoda untuk berbuat mesum, karena Yusuf tidak
mau melakukan perbuatan keji itu, menyebabkan dia dipenjara. Nikmat berbuah
musibah. Semua orang sepakat kalau masuk dalam penjara adalah suatu derita,
tetapi apakah derita itu tidak berujung bahagia? Justru dengan berada dipenjara
itu, Yusuf diberi ilmu oleh Allah, dan menjadi terkenal karena ilmu takwil
mimpinya itu. Akhirnya diminta oleh raja mentakwilkan mimpinya, dan takwilnya
benar, kemudian Yusuf diangkat menjadi raja. Dari penjara menjadi raja. Derita
berujung bahagia.
Kaidah ketiga, konsultasikan sesuatu yang kita tidak tahu kepada ahlinya. (QS AnNahl : 43).
43. dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,
[828] Yakni:
orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.
Juga hadist nabi : Barang siapa yang menyerahkan suatu
urusan kepada yang bukan ahlinya, Maka tunggulah saat kehancurannya.
Kalau
hidup kita ingin tertata dengan baik, maka tanyakanlah sesuatu yang belum kita
ketahui kepada orang yang tahu. Nabi Daud berkata kepada Nabi Sulaiaman : Wahai
anakku, kamu jangan memutuskan sesuatu kecuali kamu telah musyawarah dengan
orang yang tahu. Kalau kamu melakukan itu, kamu tidak akan menyesal. Kepada
siapakah kita bertanya? Kepada “ahl dzikri”. Ada yang menafsirkan orang yang
pandai Al-Qur’an. Ada yang menyebut ahlul ilmi (orang yang pengetahuannya luas)
dan mengerti tentang agama. Jangan bertanya kepada orang yang tidak mempunyai
ilmu tentang apa yang ditanyakan, atau tidak mempunyai ilmu agama, karena
justeru akan merusak tatanan
Demikian, khutbah ini, semoga hidup dan kehidupan kita senantisa bahagia
beserta rahmat dan ridho Allah SWT. Hidup dan mati kita berada dalam KHUSNUL
KHOTIMAH. Amin (by Mulyadi)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar